Skip to main content

Hanya Dibayar Rp 75 Ribu, Kini Figuran KKN di Desa Penari Curhat Ingin Nonton Filmnya Namun Tak Ada Dana


Sebagian dari mereka juga tak mengerti cara menonton di bioskop, sehingga meminta pihak rumah produksi untuk memberikan fasilitas.

Film KKN di Desa Penari menjadi film horor paling laris sepanjang masa dengan raihan lebih dari tujuh juta penonton. Berminggu-minggu setelah rilis, bioskop masih ramai dipenuhi oleh mereka yang ingin menyaksikan teror Badarawuhi. Sayangnya, prestasi ini tak dibarengi dengan berita menyenangkan tentang peern figurannya.

Ada sekitar 50 warga Dusun Ngluweng Kalurahan Ngleri Kapanewon Playen Gunungkidul yang dikerahkan untuk menjadi pemeran hantu di film tersebut. Menurut pengakuan Subardo, salah satu penduduk desa yang mejadi figuran persiapan yang dilakukan untuk satu adegan singkat ternyata cukup panjang dan melelahkan. Salah satunya tentang make up yang tak boleh dihapus selama 24 jam. Honor yang diterima pun juga minim, hanya Rp. 75 ribu untuk satu kali pengambilan adegan.

Dan hingga saat ini film tersebut sukses, para pemain figuran tersebut belum menonton filmnya. Pernyataannya terekam dalam sebuah video yang diunggah di akun twitter @merapi_uncover beberapa waktu yang lalu.

Subardo berharap MD Picture bisa menfasilitasi para pemain figuran untuk menyaksikan bersama film KKN Desa Penari di Bioskop. Terlebih, banyak warga yang membantu proses syuting tersebut yang penasaran dengan bagaimana hasil filmnya.


" Belum nonton filmnya. Harapan saya, itu dari rumah produksi memfasilitasi nonton bareng bersama warga masyarakat sekitar," kata Subardo.

" Kebanyakan warga itu (mau) nonton bareng secara gratis di bioskop karena penasaran. Warga yang dulu dimintain tolong buat ngangkat peralatan itu semua pengen sekali nonton," imbuhnya.

Dia melanjutkan, keinginan masyarakat terhalang oleh minimnya pengetahuan tentang cara menonton di bioskop. Dia juga berharap pihak rumah produksi membantu kesejahteraan fasilitas di dusunnya.

" Tapi kan nggak tau bioskop itu di mana, harganya berapa, maklum masalahnya ini di dusun," jelas Subardo.

" Di samping itu, harapan kami pengangkatan ekonomi, jalan kami masih rusak, kemudian cita-cita masyarakat kami itu pengen punya balai dusun. Biar lebih sejahtera," tambahnya.

Sutradara KKN di Desa Penari, Awi Suryadi segera memberikan tanggapan tak lama setelah pemberitaan tersebut viral di media sosial. Melalui akun twitternya, dia mengatakan sedang memproses permintaan Subardo dan warga lainnya.


Klarifiksisi tentang Bayaran Rp. 75 rb


Mengenai kabar tentang pemain figuran yang hanya dibayar Rp. 75 ribu, Awi Suryadi secara tegas membantahnya.

" Mengenai bayaran pemain, saya sebagai sutradara tidak mengetahui bayaran Tissa Biani berapa, Megantara berapa, extras berapa. Cuma saya langsung konfirmasi ke bagian casting dan mereka memastikan yang keluar dari kita tidak segitu jumlahnya," kata Awi Suryadi saat sesi Zoom Festival Film Wartawan Indonesia (FFWI), Jumat (20/5) dilansir dari Merdeka.com (25/5).

Terkait dengan pemain figuran yang tak diperbolehkan menghapus make up selama 24 jam, Awi juga tidak membenarkannya.

" Tidak betul bahwa mereka (pemain figuran) tidak boleh menghapus make up selama 24 jam. Karena saya ingat itu syuting hari terakhir, mereka dikontak jam sepuluh pagi, kita syuting selesai jam sepuluh malam. Jadi total 12 jam. Nggak mungkin lah nggak boleh hapus make up selama 24 jam," pungkasnya.

Semoga harapan para penduduk desa yang ingin menyaksikan film KKN di Desa Penari segera terwujud yah!

(*)
Comment Policy: Silahkan tuliskan komentar Anda yang sesuai dengan topik postingan halaman ini. Komentar yang berisi tautan tidak akan ditampilkan sebelum disetujui.
فتح التعليقات
Tutup Komentar