Hanya Dibayar Rp 75 Ribu, Kini Figuran KKN di Desa Penari Curhat Ingin Nonton Filmnya Namun Tak Ada Dana

Sebagian dari mereka juga tak mengerti cara menonton di bioskop, sehingga meminta pihak rumah produksi untuk memberikan fasilitas.
Film KKN di Desa Penari menjadi film horor paling laris sepanjang masa
dengan raihan lebih dari tujuh juta penonton. Berminggu-minggu setelah
rilis, bioskop masih ramai dipenuhi oleh mereka yang ingin menyaksikan
teror Badarawuhi. Sayangnya, prestasi ini tak dibarengi dengan berita
menyenangkan tentang peern figurannya.
Ada sekitar 50 warga Dusun Ngluweng Kalurahan Ngleri Kapanewon Playen
Gunungkidul yang dikerahkan untuk menjadi pemeran hantu di film tersebut.
Menurut pengakuan Subardo, salah satu penduduk desa yang mejadi figuran
persiapan yang dilakukan untuk satu adegan singkat ternyata cukup panjang
dan melelahkan. Salah satunya tentang make up yang tak boleh dihapus
selama 24 jam. Honor yang diterima pun juga minim, hanya Rp. 75 ribu untuk
satu kali pengambilan adegan.
Dan hingga saat ini film tersebut sukses, para pemain figuran tersebut
belum menonton filmnya. Pernyataannya terekam dalam sebuah video yang
diunggah di akun twitter @merapi_uncover beberapa waktu yang lalu.
Subardo berharap MD Picture bisa menfasilitasi para pemain figuran untuk
menyaksikan bersama film KKN Desa Penari di Bioskop. Terlebih, banyak
warga yang membantu proses syuting tersebut yang penasaran dengan
bagaimana hasil filmnya.
[Bantu Retweet] Miris!!! Pemeran hantu KKN Desa Penari & warga sekita lokasi shooting, pengen nonton terhalang Ekonomi & nggak tahu cara nonton Bioskop pic.twitter.com/vCUb8xpVAk
— IG: Merapi_Uncover (@merapi_uncover) May 22, 2022
" Belum nonton filmnya. Harapan saya, itu dari rumah produksi
memfasilitasi nonton bareng bersama warga masyarakat sekitar," kata
Subardo.
" Kebanyakan warga itu (mau) nonton bareng secara gratis di bioskop
karena penasaran. Warga yang dulu dimintain tolong buat ngangkat
peralatan itu semua pengen sekali nonton," imbuhnya.
Dia melanjutkan, keinginan masyarakat terhalang oleh minimnya
pengetahuan tentang cara menonton di bioskop. Dia juga berharap pihak
rumah produksi membantu kesejahteraan fasilitas di dusunnya.
" Tapi kan nggak tau bioskop itu di mana, harganya berapa, maklum
masalahnya ini di dusun," jelas Subardo.
" Di samping itu, harapan kami pengangkatan ekonomi, jalan kami masih
rusak, kemudian cita-cita masyarakat kami itu pengen punya balai dusun.
Biar lebih sejahtera," tambahnya.
Sutradara KKN di Desa Penari, Awi Suryadi segera memberikan tanggapan
tak lama setelah pemberitaan tersebut viral di media sosial. Melalui
akun twitternya, dia mengatakan sedang memproses permintaan Subardo dan
warga lainnya.

Klarifiksisi tentang Bayaran Rp. 75 rb
Coba dibantu mas @awisuryadi siapa tau mas nya bisa bantu, paling nggak bisa buat hiburan warga di sekitar desa tersebut, terutama daerah Ngleri, Gunungkidul 🙏
— Mubalboys (@kunthulboys_21) May 23, 2022
Mengenai kabar tentang pemain figuran yang hanya dibayar Rp. 75 ribu,
Awi Suryadi secara tegas membantahnya.
" Mengenai bayaran pemain, saya sebagai sutradara tidak mengetahui
bayaran Tissa Biani berapa, Megantara berapa, extras berapa. Cuma saya
langsung konfirmasi ke bagian casting dan mereka memastikan yang keluar
dari kita tidak segitu jumlahnya," kata Awi Suryadi saat sesi Zoom
Festival Film Wartawan Indonesia (FFWI), Jumat (20/5) dilansir dari
Merdeka.com (25/5).
Terkait dengan pemain figuran yang tak diperbolehkan menghapus make up
selama 24 jam, Awi juga tidak membenarkannya.
" Tidak betul bahwa mereka (pemain figuran) tidak boleh menghapus make
up selama 24 jam. Karena saya ingat itu syuting hari terakhir, mereka
dikontak jam sepuluh pagi, kita syuting selesai jam sepuluh malam. Jadi
total 12 jam. Nggak mungkin lah nggak boleh hapus make up selama 24
jam," pungkasnya.
Semoga harapan para penduduk desa yang ingin menyaksikan film KKN di
Desa Penari segera terwujud yah!
(*)