Skip to main content

Demi Buktikan ke Sang Bunda, Indra Brasco Nekat Merantau hingga Jadi Tukang Cuci Piring


Siapa sangka, aktor dan pebisnis Indra Brasco dahulunya pernah mengalami masa-masa sulit, Bunda. Hal tersebut ia ungkapkan kepada sang ponakan, Kesha Ratuliu.

Pada Kesha, suami Mona Ratuliu itu ungkap bahwa pengalaman tersebut berawal dari dirinya yang nekat kabur dari rumah di Malang. Itu terjadi karena ia tak masuk kuliah sesuai dengan kemauan sendiri.

Indra Brasco yang akrab disapa Yanda oleh Kesha ini sebut waktu itu ia protes dan tak mau tinggal di rumah. Ia kabur bawa uang Rp12.000 di tahun 1995.

"Pergi dari rumah karena memang kebetulan cita-citanya Yanda itu pengennya jadi apa tapi kuliahnya yang enggak sesuai dengan keinginan. Dari itu, jadi Yanda protes gitu, ya sudah pergi. Modal cuma bawa uang Rp12.000 tahun 95," ungkapnya, dikutip dari channel YouTube Kesha Ratuliu pada Kamis (21/10/2021).

Saat itu Indra kabur ke Jakarta naik kereta api dengan ongkos Rp6.000. Sampai di Jakarta dengan pegangan uang Rp6.000 sisa sebelumnya, ia pun bertahan di stasiun selama tiga hari.

"Ke Jakarta naik kereta, terus bertahan (dengan uang) Rp6.000 di Stasiun Kota. Yanda tidur tiga hari di stasiun," tuturnya.

Untuk makan, untungnya Indra bisa memanfaatkan makanan penumpang yang tertinggal. Katanya, hal tersebut sering ia temui di sana.

"Suka ada kereta yang datang dari daerah gitu, terus ada makanan yang tertinggal. Tapi makanan utuh, ya. Bukan bekas," paparnya.

Di hari ketiga, ia pun melanjutkan perjalanan ke Gambir. Di sana ia jalan kaki ke Pecenongan untuk mencari pekerjaan.

"Ke sana terus Yanda sempat cari kerjaan dan ketemu sama orang Blitar, Yanda bilang nyari kerja," kenangnya.

Untungnya, perkenalan tersebut membawa peluang baginya, Bunda. Ia lantas bisa bekerja bersama orang tersebut sebagai tukang cuci piring.

"Ternyata dia kerja di tempat makan seafood warungan. Jadi Yanda kerja di situ jadi tukang cuci piring waktu itu," ungkapnya.

Indra Brasco kemudian mengatakan bahwa ia bertahan disana hanya 2 hingga 3 bulan. Ini karena adik bos tempat dia bekerja itu butuh supir. Kebetulan, dia lah satu-satunya yang bisa menyetir mobil dan memiliki SIM karena sebelumnya memang selalu bawa kendaraan sendiri.

Bekerja sebagai supir saat itu masih jadi masa-masa sulit, Bunda. Bayangkan, Indra Brasco sampai harus menyewa satu hunian ukuran lebih kurang 4x4 bersama 12 orang dengan latar belakang berbeda.

"Ngontrak rumah 4x4 kalau enggak salah, itu isinya 12 orang," kenangnya.

Tentunya hal ini membuat tidur tak nyaman ya, Bunda. Indra sendiri ungkap bahwa semuanya harus berlomba agar bisa tidur berbaring. Jika terlambat, maka tidur dengan posisi duduk.

"Itu cepat-cepatan siapa yang bisa tidur. Kalau terlentang, itu rezekinya. Kalau enggak tidurnya duduk. Tapi enggak 12-12-nya kalau tidur. Ya paling cuma ada delapan orang," bebernya.

"Ada yang pemulung lah, ada tukang bakso lah ada, security. Jadi bayangin tuh, numplek di situ kita tinggal di daerah Jakarta Pusat," sambungnya.

Tak berhenti di situ, Indra akhirnya mendapat tawaran menjadi location manager untuk syuting di kampung halamannya di Malang. Tawaran itu datang dari rumah produksi milik Mira Lesmana yang akan syuting sinetron.

Indra Brasco menyebut kala itu dirinya tak mau pulang sebelum sukses. Ia ingin membuktikan kepada orangtuanya jika keputusannya merantau bukanlah hal salah.

"Yanda pernah bilang sama Eyang, 'Aku enggak akan balik, kalau aku enggak sukses gitu. Belum kerja gitu kan. Dan untungnya waktu Yanda balik ke Malang, ya udah kerja. Tiba-tiba Yanda ditawari jadi location manager plus pemain," kenang Indra.

(*)
Comment Policy: Silahkan tuliskan komentar Anda yang sesuai dengan topik postingan halaman ini. Komentar yang berisi tautan tidak akan ditampilkan sebelum disetujui.
فتح التعليقات
Tutup Komentar